Komunitas Ojek Difabel, Difa Ojek Istimewa Dari Jogjakarta
DIY, Tribunusantara.com - Kreatifitas yang sangat luarbiasa, modal transportasi berbasis digital saat ini makin menjamur dengan berb
agai fasilitas yang ditawarkan masing-masing perusahaan, namun ada satu merek yang berbeda dari yang lainnya yaitu 'Difa City Tour dan Transport'. Perusahaan yang menawarkan jasa transportasi manusia dan barang berbasis online tersebut memiliki perbedaan yang mencolok dengan pelaku usaha lain karena seluruh pengemudi armadanya adalah kaum difabel.
Triyono, Direktur Difa CT menceritakan perusahaannya mulai didirikan sejak Juli 2015 berdasarkan pengalaman pahit para difabel dalam mencari kerja.
"Kita terinspirasi dengan saat kita ketemuan dengan teman-teman difabel, mereka ingin ikut mendaftarGojek tapi mereka gak bisa karena memang ada ketentuannya tidak bisa. Akhirnya mereka sepakat ayo kita bikin sendiri," ceritanya saat ditemui di Grha Sabha Pramana UGM Yogyakarta Kamis (10/3/2016).
Saat ini perusahaannya sudah memiliki 20 armada yang siap melayani transportasi penumpang maupun pelayanan angkuta barang dengan markas yang berada di Pakualaman Yogyakarta.
"Sebenarnya orangnya ada sekitar 40 tapi yang sudah ready bisa narik baru 20 orang yang lain masih perlu pelatihan dulu karena tidak semuanya bisa mengendarai motor," ujarnya.
Sistemnya sendiri memang belum maksimal karena masih menggunakan media sosial serta aplikasi pemesanan online, sementara aplikasi khusus untuk platform android dan iphone hingga saat ini masih dalam proses.
"Yang pasti kita bangun sistemnya dulu, aplikasinya belum selesai karena ternyata aplikasinya gak murah tapi yang pasti segera kita selesaikan," ujarnya sambil terkekeh.
Nantinya dalam aplikasinya bukan hanya bisa menerima order transportasi, namun juga menerima order antar jemput barang, pijat tunanetra hingga fasilitas penjualan produk hasil karya kaum difabel sehingga semua kemampuan kaum difabel dapat terkoneksi dalam satu titik.
Ke depan dia juga sudah berencana untuk mengembangkan aplikasi tersebut bukan hanya di Yogyakarta, yang terdekat kaum difabel dari Bandung dan Bali sudah menyatakan kesiapannya untuk bergabung dengan Difa. Dia menceritakan tidak mudah membuat sistem yang bisa mengakomodir kemampuan difabel dengan kebutuhan dan kenyamanan pengguna karenanya semua armada motor sudah dimodif sedemikian rupa agar bisa dioperasikan secara sempurna oleh kaum difabel, seperti yang memiliki ketidakmampuan di kaki kiri maka tuas perseneling dipindah ke tangan dan lainnya.
"Sejauh ini memang pasar kita masih didominasi kaum difabel juga 80%, karena mungkin sebagai sesama difabel merasa memiliki perasaan yang sama namun sekarang dan nanti dengan aplikasi yang sudah jadi kita yakinkan pada amsyarakat bahwa moda kita aman dan terjamin," tambahnya.Dengan adanya Difa dia ingin menunjukkan bahwa kaum difabel bisa berkarya dan dipercaya bukan sekedar menjadi objek politik.
Di Yogyakarta dan sekitarnya sendiri jumlah kaum difabel yang ada termasuk paling tinggi di Indonesia karena ada sekitar 25 ribu kaum difabel dimana seperempatnya merupakan korban hempa Bantul.
Selain itu, Yogyakarta disebutnya sebagai kota yang paling 'home' buat kaum difabel walaupun tidak semua fasilitas umumnya mampu mengakomodir.
Bagi anda yang tertarik menggunakan jasa Difa dapat menghubungi hotline 082328016326 atau melalui akun instagram @difacitytour, akun twitter @difact maupun facebook difa ct (slank-B)
agai fasilitas yang ditawarkan masing-masing perusahaan, namun ada satu merek yang berbeda dari yang lainnya yaitu 'Difa City Tour dan Transport'. Perusahaan yang menawarkan jasa transportasi manusia dan barang berbasis online tersebut memiliki perbedaan yang mencolok dengan pelaku usaha lain karena seluruh pengemudi armadanya adalah kaum difabel.
Triyono, Direktur Difa CT menceritakan perusahaannya mulai didirikan sejak Juli 2015 berdasarkan pengalaman pahit para difabel dalam mencari kerja.
"Kita terinspirasi dengan saat kita ketemuan dengan teman-teman difabel, mereka ingin ikut mendaftarGojek tapi mereka gak bisa karena memang ada ketentuannya tidak bisa. Akhirnya mereka sepakat ayo kita bikin sendiri," ceritanya saat ditemui di Grha Sabha Pramana UGM Yogyakarta Kamis (10/3/2016).
Saat ini perusahaannya sudah memiliki 20 armada yang siap melayani transportasi penumpang maupun pelayanan angkuta barang dengan markas yang berada di Pakualaman Yogyakarta.
"Sebenarnya orangnya ada sekitar 40 tapi yang sudah ready bisa narik baru 20 orang yang lain masih perlu pelatihan dulu karena tidak semuanya bisa mengendarai motor," ujarnya.
Sistemnya sendiri memang belum maksimal karena masih menggunakan media sosial serta aplikasi pemesanan online, sementara aplikasi khusus untuk platform android dan iphone hingga saat ini masih dalam proses.
"Yang pasti kita bangun sistemnya dulu, aplikasinya belum selesai karena ternyata aplikasinya gak murah tapi yang pasti segera kita selesaikan," ujarnya sambil terkekeh.
Nantinya dalam aplikasinya bukan hanya bisa menerima order transportasi, namun juga menerima order antar jemput barang, pijat tunanetra hingga fasilitas penjualan produk hasil karya kaum difabel sehingga semua kemampuan kaum difabel dapat terkoneksi dalam satu titik.
Ke depan dia juga sudah berencana untuk mengembangkan aplikasi tersebut bukan hanya di Yogyakarta, yang terdekat kaum difabel dari Bandung dan Bali sudah menyatakan kesiapannya untuk bergabung dengan Difa. Dia menceritakan tidak mudah membuat sistem yang bisa mengakomodir kemampuan difabel dengan kebutuhan dan kenyamanan pengguna karenanya semua armada motor sudah dimodif sedemikian rupa agar bisa dioperasikan secara sempurna oleh kaum difabel, seperti yang memiliki ketidakmampuan di kaki kiri maka tuas perseneling dipindah ke tangan dan lainnya.
"Sejauh ini memang pasar kita masih didominasi kaum difabel juga 80%, karena mungkin sebagai sesama difabel merasa memiliki perasaan yang sama namun sekarang dan nanti dengan aplikasi yang sudah jadi kita yakinkan pada amsyarakat bahwa moda kita aman dan terjamin," tambahnya.Dengan adanya Difa dia ingin menunjukkan bahwa kaum difabel bisa berkarya dan dipercaya bukan sekedar menjadi objek politik.
Di Yogyakarta dan sekitarnya sendiri jumlah kaum difabel yang ada termasuk paling tinggi di Indonesia karena ada sekitar 25 ribu kaum difabel dimana seperempatnya merupakan korban hempa Bantul.
Selain itu, Yogyakarta disebutnya sebagai kota yang paling 'home' buat kaum difabel walaupun tidak semua fasilitas umumnya mampu mengakomodir.
Bagi anda yang tertarik menggunakan jasa Difa dapat menghubungi hotline 082328016326 atau melalui akun instagram @difacitytour, akun twitter @difact maupun facebook difa ct (slank-B)
Post a Comment